Kesuksesan sejumlah pesulap papan atas dunia, menarik minat para pencinta sulap negeri ini untuk mengikutinya. Tercatat nama-nama seperti Deddy Corbuzier, Rommy Rafael, dan Demian, meraih sukses di negeri ini. Bahkan, kini banyak sekolah-sekolah sulap yang tidak lagi sekedar mengajarkan trik-trik sulap sederhana lagi. Profesi pesulap dahulu hanya dipandang sebelah mata. Pesulap dianggap tidak lebih dari bagian sebuah orkes badut, sirkus, dan serangkaian acara hiburan semata. Namun, kesuksesan David Copperfield mampu menunjukan dan menyajikan sebuah seni dan estetika bermain trik sulap dalam kemasan yang elegan dan glamour, tanpa menghilangkan sisi misterius dan menghiburnya. Hal inilah yang membuat sejumlah pesulap di tanah air berbondong-bondong untuk memperkaya dan memperdalam trik sulapnya, untuk kemudian ditampilkan secara berkelas dan memiliki nilai jual tersendiri. Dari sinilah timbul nama-nama seperti Deddy Corbuzier, Adri Manan, Rommy Rafael, hingga Damien. Aneka trik dan permainan sulapnya pun tidak sesederhana dulu lagi. Deddy Corbuzier terkenal sebagai pesulap beraliran Mentalist, Rommy Rafael mengusung aliran Hipnotist, Damien mengusung aliran Illusionist, dan lainnya. Berkembangnya bermacam aliran sulap ini, diikuti dengan peluang menghadirkan sekolah sulap. Sebuah “Kawah Candradimuka” sebagai tempat mencetak para pesulap handal, sekaligus sebagai sebuah peluang usaha. Sekolahnya Para Calon Pesulap Magis Stations School adalah salah satu sekolah sulap di Jakarta. Sekolah yang didirikan oleh Didi I Pusu ini sudah beroperasi semenjak tahun 2003 lalu. Disini para siswa akan digembleng menjadi pesulap-pesulap handal. “Disini siswa diajarkan berbagai macam trik sulap yang berbasis kurikulum sekolah-sekolah sulap di luar negeri. Para siswa dibagi ke dalam 4 kelompok yakni Basic I, Basic II, Intermediate, dan Advance. Untuk Intremediate sendiri terdapat Kelas Stage Magician dan Kelas Close Up Magician,” jelas Didi. Hampir serupa dengan Corbuzier School of Magic, namun sekolah sulap milik Mentalist ternama, Deddy Corbuzier, ini memiliki penjurusan ketika siswa sudah sampai pada tahap Advance. “Jika sudah sampai pada tahap Advance, siswa dapat memilih jurusan atau spesialisasi yang diinginkannya. Apakah ia ingin menjadi seorang Mentalism (membaca pikiran orang), Illusion (seakan-akan memiliki kekuatan supranatural), Pick Pocket (memindahkan barang orang lain dari jauh), Escapology (melepaskan diri dari ikatan atau ruang terkunci), Close Up (mempraktikkan sulap dari jarak dekat), dan Cardician (menyulap kartu),” jelas Erick, salah satu staf pengelola. Selain itu, para siswa tingkat Advance juga diajarkan dasar-dasar psikologi serta bagaimana cara beraksi di depan orang banyak, tambah Erick. Sementara itu, Nirwana Magic School lebih menekankan aspek sulap sebagai sebuah hiburan saja. Menurut Irawan Joenoes, sang pemilik, sekolah sulap miliknya lebih berkonsentrasi untukmenghadirkan pesulap-pesulap yang mampu menghibur dan mengundang gelak tawa penonton. “Secara kurikulum, mungkin kita banyak mengambil trik-trik sulap yang dipertunjukan oleh rombongan sirkus di negara-negara Eropa. Dengan sendirinya, para siswa disini pun diajarkan dasar-dasar ber-pantomim untuk melengkapi aksi sulap yang sedang berlangsung,” jelas Irawan. Hampir semua sekolah sulap memiliki waktu belajar yang relatif sama. Seorang siswa biasanya akan menjalani satu jenjang pendidikan selama tiga bulan, dengan frekuensi pertemuan rata-rata dua kali seminggu. Untuk dapat melanjutkan ke jenjang berikutnya, para siswa harus melewati ujian pada setiap tingkatnya, yang meliputi penguasaan trik yang sudah diajarkan dan menciptakan suatu trik yang baru. Tidak Mudah dan Tidak Murah Untuk dapat diterima dan menjadi murid sebuah sekolah sulap, ternyata bukan merupakan perkara yang mudah dan murah. Para calon siswa harus menjalani serangkaian tes masuk terlebih dahulu, sebelum dapat diterima menjadi murid. Selain itu, dibutuhkan biaya yang cukup besar untuk mengikuti sekolah sulap hingga benar-benar menguasai seluruh trik permainan yang diajarkan dan dibutuhkan. “Kami biasanya akan mewawancarai terlebih dahulu calon murid, untuk mengetahui sejauh mana keseriusan mereka dalam menekuni bermain sulap ini. Jika mampu melewati tes yang lumayan detail ini, para siswa bisa diterima menjadi murid disini,” jelas Didi. Mahalnya biaya yang dibutuhkan seseorang dalam belajar sulap, diakui oleh Erick sebagai sebuah konsekuensi dari sebuah pekerjaan dunia entertainment yang memang membutuhkan modal yang cukup besar. “Sebenarnya ini sebuah hal yang relatif. Biaya terbanyak yang dibutuhkan para siswa bukanlah pada saat ia beraktivitas atau berlatih di sekolah sulap, namun ketika para siswa tersebut berlatih di rumah (di luar sekolah). Mau tidak mau siswa harus memiliki peralatan sendiri, agar mampu menguasai trik sulap dengan cepat dan sempurna,” jelas Erick. Untuk biaya pendaftaran, ujian masuk, dan sebagainya yang harus dibayarkan pertama kali oleh calon siswa sekolah sulap berkisar antara Rp 1.000.000 hingga Rp 3.000.000. Biaya pendidikan per bulan berkisar antara Rp 450.000 – 750.000. Peralatan bermain dan berlatih sulap-lah yang banyak menghabiskan biaya besar. Untuk memiliki sebuah koin khusus yang dipakai dalam sebuah trik sulap saja, dibutuhkan biaya mulai dari Rp 500.000 hingga Rp 800.000. Belum lagi beragam kotak, topi, tuxedo khusus, hingga 1 set kartu khusus, yang harganya bahkan hingga puluhan juta, dikarenakan semua barang-barang tersebut umumnya diperoleh dan didatangkan dengan cara impor. Tentu saja harganya menjadi mahal, padahal alat-alat inilah yang akan membantu terbentuknya kreatifitas murid dalam bermain sulap hingga menciptakan trik-trik yang baru. Popularitas dan Penghasilan Yang Menggiurkan Diakui maupun tidak, disukai atau tidak, profesi sulap tetaplah sebuah pekerjaan yang menjanjikan penghasilan yang menggiurkan bagi si pelakunya. Karena profesi seperti ini dapat dikerjakan dimana dan kapan saja, tanpa terikat ruang dan waktu kerja. Pun demikian dengan popularitas yang bisa diperoleh oleh si pesulap itu sendiri. “Bukannya ingin mencari balik modal, tetapi mahalnya biaya yang dikeluarkan pada saat siswa mengikuti pendidikan sulap, akan tergantikan ketika ia mulai tampil mengisi acara dan menghibur orang. Misalnya saja untuk acara ulang tahun perorangan/institusi, peluncuran produk baru, hingga tidak tertutup kemungkinan tampil dalam salah satu acara reality show di salah satu televisi,” jelas Irawan. Bayangkan saja, untuk tampil dalam suatu acara yang berdurasi satu jam dengan menampilkan dua-tiga trik permainan, seorang pesulap bisa mendapatkan bayaran antara R- 4.000.000 hingga Rp 20.000.000. sungguh menggiurkan bukan? Bahkan, saat ini ada salah satu acara reality show yang bertujuan untuk mencari pesulap paling berbakat, yang para pesertanya adalah para pesulap dari berbagai penjuru tanah air. Jika dihitung dengan reality show lainnya yang khusus menampilkan permainan sulap, serta pertunjukan sulap di sela-sela suatu acara televisi, jelas popularitas akan menghampiri sang pesulap dengan sendirinya. Jadi, tidak salah kalau popularitas dan bayaran menggiurkan yang diraih, dapat menggantikan kerja keras dan biaya tinggi yang dikeluarkan ketika dulu masih belajar di sekolah sulap. Anda berminat mencoba? Sumber : Pasarinf.com |
Rabu, 09 September 2009
Sekolah Sulap Sim Salabim, Abra Kadabra
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar