Rabu, 09 September 2009

Komunitas Parkour Indonesia Persaudaraan Diantara Tingginya Tiang dan Tembok Pembatas

Mendengar kata Parkour, kita mungkin akan sedikit mengerutkan dahi, dan bertanya apakah ini? Apalagi jika dikatakan ini adalah suatu jenis olahraga. Bagi orang awam, mungkin inilah yang akan terjadi. Namun tidak demikian dengan mereka-mereka yang pernah menonton film Yamakazi (2004) atau District 13 (2004). Dari film inilah, olahraga yang dipopulerkan oleh David Belle di Perancis inilah bisa dikatakan dikenal oleh banyak orang dan berkembang di berbagai negara. Parkour adalah suatu olahraga seni menggerakan tubuh untuk melewati suatu rintangan dengan efektif dan efisien. “Berbeda dengan olahraga bela diri, Parkour adalah suatu cara mempertahankan diri dengan cara menghindari terjadinya benturan fisik dengan orang yang berniat jahat kepada kita. Meski demikian, Parkour juga mengajarkan dan melatih kekuatan dan kelenturan otot dan bagian-bagian anggota tubuh, seperti tangan dan kaki,” ujar Bowo, salah satu anggota komunitas ini.

Di Indonesia sendiri, Parkour sudah ada yang menggemari semenjak beredarnya film tersebut. Namun, secara resmi wadah para penghobi olahraga yang satu ini mulai terbentuk pada tahun 2007 lalu. “Komunitas Parkour Indonesia resmi berdiri pada 15 Juli 2007, setelah sebelumnya hanya berupa wadah komunikasi dunia maya. Wadah ini dibentuk sebagai pemersatu pecinta olahraga Parkour yang tersebar di tanah air,” ujar Arie Arbiyantoro, salah satu Traceur, sebutan bagi pelaku Parkour laki-laki, yang juga berasal dari Komunitas Parkour Jakarta. Dari komunitas inilah terbentuk komunitas-komunitas Parkour di kota-kota besar di Indonesia, yang disesuaikan dengan kawasan dimana komunitas ini berkumpul untuk berlatih. Misalnya, ada komunitas Parkour Depok, Bekasi, Semarang, Bandung, Yogyakarta, Medan, Palembang, Makassar, dan beberapa kota besar lainnya.

Persaudaraan Tanpa Kompetisi

Secara umum, baik di Indonesia maupun di dunia, tidak ada istilah kompetisi dalam olahraga yang satu ini. Tidak ada unsur mengejar prestasi untuk dibanggakan atau gagah-gagahan. “Tidak ada kompetisi. Yang ada hanya berprestasi untuk mengembangkan diri dan berguna untuk orang lain. Disiplin, mampu menahan emosi, bangkit dari kegagalan, dan melawan rasa takut, adalah suatu hal yang lebih berharga bagi olahraga ini, dibandingkan memenangkan suatu kompetisi,” ujar Arie. Meski demikian ujarnya, Parkour tetap bisa dijadikan sebagai sebuah ajang olahraga, meski tanpa kompetisi, karena semua aktivitasnya menggerakan seluruh anggota tubuh dan mengeluarkan keringat, sehingga menyehatkan bagi mereka yang melakukannya.

Filosofi persaudaraan dalam Parkour bisa dilihat dari pentingnya arti hubungan persahabatan diantara sesama pelakunya. Tidak ada batasan-batasan tertentu untuk bergabung dengan komunitas olahraga ini. “Siapapun bisa bergabung dengan kami. Tanpa ada persyaratan atau ketentuan-ketentuan. Silahkan datang pada saat kami sedang mengelar latihan rutin, tanpa dipungut biaya sepeser pun,” ujar Hafidh, salah satu anggota Komunitas Parkour Indonesia.

Salah satu bentuk nyata dari filosofi persaudaraan adalah adanya istilah Jamming Season, atau latihan bersama yang kerap digelar dan diikuti oleh dua atau lebih komunitas Parkour dari kota yang berbeda. Misalnya, untuk latihan Parkour Jakarta, biasanya juga diikuti oleh komunitas dari Tanggerang, Bekasi, dan Depok. Pun demikian dengan beberapa komunitas lainnya yang sudah pernah melaksanakan latihan bersama, seperti komunitas Jogja dan Solo yang diadakan di Stadion Manahan, Solo. Ada juga latihan bareng komunitas Parkour se-Kalimantan Timur yang digelar beberapa waktu yang lalu.

Masa Depan Parkour Indonesia

Satu hal yang sering menjadi pertanyaan, apakah komunitas olahraga ini bisa eksis dan diakui secara nasional di negeri ini? Jika ditanyakan kepada seluruh anggota komunitas ini, dengan sigap mereka menjawab pasti bisa. Berbagai macam cara telah ditempuh untuk memperkenalkan dan mempopulerkan olahraga yang satu ini. “Untuk latihan rutin, Parkour Indonesia sering berlatih di kawasan Senayan, di dekat kolam renang, pada hari Minggu mulai jam 08:00 WIB. Dulu memang sempat berpindah tempat dari Senayan, ke lokasi sekitar GOR Soemantri Brodjonegoro dan Pasar Festival Kuningan, namun akhirnya balik lagi ke kawasan Senayan,” ujar Arie. Selain itu, berbagai even latihan bareng pun seringkali coba digelar, untuk semakin mempopulerkan olahraga ini.

Komunitas ini juga pernah tampil dalam berbagai acara-acara resmi, seperti acara yang berkaitan dengan even atau seminar atau pertemuan mengenai olahraga. Mereka juga beberapa kali tampil di televisi, menghadiri undangan berbagai acara perkenalan dan sebagainya. Bahkan, salah satu pegiat awal olahraga ini, Voland Humonggio, adalah seorang pemain film layar lebar Sang Dewi. Voland dan teman-temannya juga yang memperkenalkan Parkour melalui berbagai kegiatan yang mereka selenggarakan atau ikuti.

Untuk semakin mengkokohkan eksistensi Parkour di Indonesia dan diakui sebagai cabang olahraga, pengurus komunitas ini sudah mengirimkan surat perkenalan kepada Menteri Pemuda dan Olahraga, sehingga nantinya olahraga ini bisa diakui di Indonesia. Suatu seni olahraga dan pertahanan diri yang menyatukan unsur kekuatan, efektifitas, dan kreasi imajinasi.

Sumber : Pasarinfo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar